Selasa, 01 November 2016

Pengangkatan Nabi Muhammad Sebagai Rasulullah

Ketika Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah berusia 40 tahun, Allah mengutusnya menjadi rasul-Nya sebagai rahmat bagi sekalian alam yang diutus kepada segenap umat manusia dan sebagai pembawa kabar gembira. Sebelumnya AllahTa’ala telah mengambil perjanjian dari tiap-tiap rasul yang diutus sebelum beliau agar beriman kepada beliau dan membenarkannya, membelanya terhadap siapa saja yang menentangnya. Allah juga telah memerintahkan mereka supaya menyampaikannya kepada setiap orang yang beriman dan membenarkan mereka. Lalu mereka pun menyampaikan kebenaran yang mereka ketahui tentang rasul akhir zaman itu kepada umat manusia.


Aisyah radhiyallahu anha meriwayatkan: “Perkara pertama yang memulai turunnya nubuwat kepada Rasulullah ketika Allah hendak memuliakan beliau dan mencurhkan rahmat-Nya kepada para hamba adalah mimpi yang benar. Setiap kali bermimpi, Rasulullahshallallahu alaihi wa sallam melihatnya laksana cahaya fajar merekah. Allah membuatnya senang ber-khalwat (menyendiri melakukan ibadah). Tidak ada perkara yang paling beliau sukai melainkan khalwat tersebut.”

Abdullah bin Ubaidullah meriwayatkan: “Ketika Allah hendak menurunkan kemuliaan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan memulai penobatannya sebagai utusan Allah, beliau selalu keluar menjauh dari rumah-rumah penduduk, beliau pergi menuju lembah-lembah kota Mekkah. Setiap kali Rasulullah berpapasan dengan batu dan pohon, pasti batu dan pohon itu mengucapkan salam kepada beliau, “Assalamualaika ya Rasuulallaah!” Rasulullah menoleh ke kanan, ke kiri dan ke belakang namun beliau tidak melihat apapun kecuali bebatuan dan pepohonan. Beliau shallallahu alihi wa sallam tinggal di gua tempatkhalwat dan mendengar serta melihat banyak perkara. Kemudian datanglah malaikat Jibril dengan membawa karamah dari AllahTa’ala. Kala itu beliau sedang ber-khalwat di gua Hira pada bulan Ramadhan.

Ubaid bin Umair menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam  menyendiri ke gua Hira sebulan setiap tahun. Gua itu biasa dipakai oleh orang-orang Quraisy untuk ber-tahannuts pada zaman Jahiliyyah. Tahannuts adalah beribadah dengan menjauhkan diri dari berhala-berhala. Beliau biasa ber-tahannutspada bulan Ramadhan, memberi makan fakir miskin yang datang menjenguk beliau. Apabila beliau telah merampungkan tahannutspada bulan itu maka hal pertama yang dilakukannya adalah mendatangi Ka’bah. Beliau melakukan thawaf sebanyak 7 kali atau semampu beliau. Barulah beliau pulang ke rumah. Hingga pada bulan yang telah ditentukan Allah sebagai waktu menurunkankaramah kepada beliau, tahun yang telah Allah pilih sebagai waktu penobatannya sebagai rasul, yaitu bulan Ramadhan, Rasulullahshallallahu alaihi wa sallam keluar menuju gua Hira sebagaimana biasanya diiringi oleh keluarganya. Tepat pada malam yang telah Allah muliakan dengan risalah-Nya, datanglah Malaikat Jibrilalaihissalam dengan membawa perintah Allah!

Rasulullah menuturkan: “Datanglah kepadaku Malaikat Jibril kala itu aku sedang tidur beralaskan tikar dari dibaj (sutera) di dalamnya terdapat kitab. Jibril berkata, “Bacalah!”

“Aku tak bisa membaca!” jawabku. Jibril mendekapku sehingga aku menyangka ajalku tiba! Lalu ia melepasku. Jibril berkata lagi, “Bacalah!”

“Aku tak bisa membaca!” jawabku lagi. Ia mendekapku sekali lagi sehingga aku menyangka ajalku tiba! Lalu ia melepasku. Jibril berkata lagi, “Bacalah!”

“Aku tak bisa membaca!” jawabku lagi. Ia mendekapku sekali lagi sehingga aku menyangka ajalku tiba! Lalu ia melepasku. Jibril berkata lagi, “Bacalah!”

“Apa yang harus aku baca?” jawabku lagi.

Jibril berkata:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,
Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam.
Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”

Aku pun membacanya sampai selesai, lalu ia berpaling dariku. Lalu aku terbangun dari tidurku dan kudapati seolah-olah di hatiku telah tertulis sebuah tulisan.

Aku pun keluar hingga ketika tiba di pertengahan bukit aku mendengar suara dari langit yang berseru, “Wahai Muhammad, engkau adalah Rasulullah dan aku adalah Jibril!” Kulihat ternyata Jibril menjelma dalam bentuk lelaki yang putih bersih kedua telapak kakinya di ufuk langit. Ia berseru, “Wahai Muhammad, engkau adalah Rasulullah dan aku adalah Jibril!” Aku berhenti melihatnya tanpa bergeming sedikitpun dari tempatku. Aku berusaha memalingkan wajah darinya ke arah ufuk lainnya, tetapi aku tetap melihatnya di setiap ufuk. Sementara aku tetap di tempat tidak bergeming sedikitpun. Sehingga Khadijah mengutus beberapa orang untuk mencariku. Mereka telah mencapai puncak gunung namun tidak melihatku. Akhirnya mereka pun kembali sementara aku tetap berada di tempatku. Kemudian Jibril berpaling dariku.

Setelah itu aku pun kembali ke rumah dan segera menemui Khadijah. Aku bersandar di pangkuannya. Ia berkata padaku, “Wahai Abul Qasim, dimanakah gerangan Anda tadi? Demi Allah, aku telah mengutus orang untuk mencarimu, mereka telah berkeliling kota Mekkah kemudian kembali tanpa menemuimu!”

Aku pun menceritakan peristiwa yang kusaksikan tadi. Ia berkata, “Sambutlah kabar gembira wahai anak pamanku, teguhkanlah dirimu! Demi Dzat yang jiwa Khadijah berada di tangan-Nya, aku berharap engkau terpilih menjadi nabi umat ini!”

Lalu Khadijah mengenakan pakaiannya dan berangkat menemui Waraqah bin Naufal yang masih sepupunya. Waraqah adalah seorang pemeluk agama Nasrani dan banyak membaca kitab-kitab. Ia juga banyak mendengar dari Ahli Taurat dan Injil. Khadijah menceritakan apa yang didengar dan dilihat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Waraqah berkata: “Quddus...Quddus...Demi Dzat yang jiwa Waraqah berada di tangan-Nya, jika benar apa yang engkau ceritakan itu wahai Khadijah, itulah Namus Al-Akhbar yang dahulunya menemui Nabi Musa. Sungguh ia bakal menjadi Nabi umat ini, katakanlah ia agar tetap teguh.”

Khadijah radhiyallahu anha kembali menemui Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan menceritakan apa yang dikatakan oleh Waraqah tadi. Ketika Rasulullah telah menyelesaikan ibadahnya di gua tersebut beliau segera kembali dan mengerjakan apa yang biasa beliau kerjakan, yaitu melakukan thawaf di Ka’bah.

Waraqah mencegahnya dan berkata, “Wahai saudarku, ceritakanlah padaku apa yang engkau lihat dan engkau dengar!” Rasulullah pun menceritakan pengalamannya. Waraqah kemudian berkata, “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, engkau telah terpilih menjadi nabi umat ini, Namus Al-Akbar yang dahulu datang kepada Musa telah datang menemuimu! Engkau akan ditentang, dimusuhi, diusir dan akan diperangi. Sekiranya aku masih hidup kala itu, niscaya aku akan sungguh-sungguh menolongmu.” Kemudian ia cium kening Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Setelah itu, Rasulullah pun pergi ke rumahnya.




PRIORITAS DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW DI MEKAH


1. MENGAJARKAN KETAUHIDAN
Pada masyarakat Arab Jahiliyyah terdapat suatu kepercayaan berbagai tuhan (polyteisme), seperti penyembahan berhala, penyembahan bulan dan bintang, penyembahan jin, ruh, dan arwah nenek moyang, serta ajaran yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Sementara itu, Islam datang dengan membawa ajaran tauhid, penyembahan hanya kepada Allah yang Maha Esa, tidak beranak dan tak diperanakan.
Begitu juga yang berkaitan dengan kebudayaan. Kebudayaan Arab pra Islam sangat dipengaruhi oleh mitologi dan ajaran-ajaran sesat lainnya, sedang Islam membawa peradaban atau kebudayaan baru berdasarkan petunjuk Allah dan Al-Qur’an.
2. KONDISI MASYARAKAT MEKAH YANG MENYEMBAH BERHALA
Nabi Muhammad saw mendapat tugas mengajak masyarakat Mekah untuk menyembah Allah swt, Tuhan yang Maha Esa. Ajakan Nabi Muhammad saw bertentangan dengan kondisi masyarakat Mekah saat itu yang menyembah berhala.
3. MENEGASKAN HARI KIAMAT SEBAGAI HARI PEMBALASAN
Masyarakat Arab pra Islam tidak percaya kepada hari kebangkitan, hari pembalasan, sampai ada di antara mereka bertanya-tanya, mana mungkin tulang belulang yang sudah hancur dapat dibangkitkan dan dihidupkan kembali. Padahal Islam mengajarkan dan memperingatkan kepada manusia, bahwa dunia ini hanya sementara dan tempat yang abadi adalah akhirat.
Nabi Muhammad pemprioritaskan dakwahnya kepada ajakan untuk mempercayai adanya hari pembalasan. Mereka perlu menjaga kehidupannya untuk selalu sesuai dengan aturan dan tuntutan Allah swt. Setiap kebaikan akan mendapat balasan kebaikan. Sebaliknya setiap kejahatan akan mendapat balasan yang setimpal. Nabi Muhammad berusaha meyakinkan para pengikutnya akan janji Allah bagi orang yang beriman.
4. MERUBAH PERILAKU MASYARAKAT JAHILIYYAH
Dalam tatanan kehidupan sosial masyarakat Arab pra Islam terdapat pada suatu tradisi yang melanggar etika (akhlak) dan hak asasi manusia; seperti perjudian, minum-minuman keras, perampok, perzinahan, dan perbuatan yang melanggar hukum dan tatanan sosial masyarakat.
Sementara, Islam selalu mengajarkan perbuatan terpuji, seperti menolong sesama manusia, melarang melakukan fitnah, tidak mengambil hak orang yang bukan miliknya, melarang mabuk-mabukan, melarang perzinahan, melarang penguburan bayi hidup-hidup dan ajaran terpuji lainnya.
Kondisi masyarakat Mekah yang terkenal dengan masa Jahiliyyah, bukan mereka bodoh dalam intelektual, tapi mereka bodoh dalam prilaku yang cenderung merusak tatanan sosial dan tatanan pribadi. Mereka terbiasa melakukan judi, pembunuhan dan minuman keras (khamar).
5. MENGANGKAT DAN MELINDUNGI HAK ASASI MANUSIA
Di dalam kehidupan masyarakat Arab pra Islam terdapat tradisi perbudakan manusia. Jual beli manusia (trafiking) merupakan hal biasa. Perbuatan itu mereka lakukan tanpa penyelesaian seolah tanpa dosa. Sedangkan Islam mengajarkan manusia itu sama derajatnya, hanya takwa yang membedakan mereka. Kehadiran Islam justru untuk mengangkat martabat mereka yang tertindas seperti para dhuafa dan fakir Arab kafir dan mukmin di tanah Arab, Mekah.
Selain itu, tradisi yang melanggar hak asasi manusia adalah menganggap wanita sebagai aib keluarga. Kebiasaan membunuh dan mengubur anak wanita menjadi alat untuk menghilangkan aib keluarga. Islam datang untuk memuliakan dan mengangkat derajat wanita pada posisi yang tinggi dan terhormat.



Respon Masyarakat Mekkah Terhadap Dakwah Nabi Muhammad Saw
       Dakwah islam yang di lakukan Rasulullah Saw, baik secara diam-diam mau pun secara terbuka, mendapat tanggapan (respon) yang beragama. ada yang menerima dan abnayak juga yang menolak. sejumlah kecil meraka yang menerima ajaran islam adalah para sahabat dan keluarga dekat Rasulullah Saw. meskipun ada juga keluarga dekat nya yang menolak. misalnya Abu Lahab. mereka  yang menerima berusaha secara bersama-sama menyebarkan ajaran di tengah-tengah kehidupan masyarakat kota mekkah sementara mereka yang menolak, berusaha menghambat dan menghancurkan dakwah islam.
       Melalui pengaruh nya Abu Bakar telah  berhasil menarik simpati kawan-kawannya untuk menerima islam dan membela perjuangan Nabi Muhaammad Saw. dalam menyebarkan ajaran islam. Di antara mereka yang di ajak masuk islam adalah Usman Bin Affan, Zubair Bin Awwam, Sa'id Bin Abi Waqash, Arqam Bin Abi Al-Arqam, dan lain-lain. Dari peran serta mereka ini lah Kemudian agama islam tersebar dan menjadi agama yang di cintai masyarakat Arab.

       Salah satu upaya menyebarkan ajaran islam kepada masyarakat kota mekkah adalah pengajaran agama yang di lakukan di rumah Arqam Bin Abi Al-Aeqam. dari kegiatan pengajaran agama kepada sekelompok kecil masyarakat arab di kota mekkah inilah nantinya Umar Bin Khattabmasuk islam.
       Meskipun bisa di katakan bahwa masyarakat arab di kota mekkah ada yang menerima ajaran islam secara  ikhlas, tapi pada umumnya  masyarakat arab kota mekkah menolak dan tidak menghendaki kehadiran islam dan umat islam di kota tersebut. hal ini dapat kita lihat dariberbagai penghinaan bahkan ancam pembunuhan yang di tunjukan kepada Nabi Muhammad Saw. dan para pengikutnya.

       Dalam menghadapi tanggapan yang tidak menyenagkan ini, Rasulullah Saw. terus saja menyebarkan ajaran islam, meskipun ia bertaruh nyawa, karna beliau berkeyakinan bahwa islam merupakan agama yang paling benar yang mengajak umatnya menuju keselamatan di dunia dan akhirat. Beliau mengajarkan bahwa hanya Allah yang wajib di sembah, karena tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah.

Tantangan yang Dihadapi Nabi Muhammad SAW Saat Berdakwah

Nabi Muhhammad Rasulullah SAW berdakwah menyebarkan agama Islam bukan tanpa ada tantangan dan halangan, banyak sekali tantangan yang harus dihadapi Beliau agar umatnya dapat hidup di jaman yang terang dan terbebas dari segala kebodohan jahiliah. Untuk menghadapi tantangan dan kekerasan kaum Kafir Quraisy beliau selalu bersabar, bertawakal, dan terus bedo'a. Pada tahun 615 M beliau menyuruh 20 sahabatnya untuk berhijrah ke Habasyah (Ethiopia) karena raja Negus itu dikenal suka memberikan jaminan keamanan kepada orang yang meminta perlindungan darinya. Setelah beberapa lama mereka kembali lagi ke Mekkah, karena mereka menduga kalau keadaan Mekkah sudah sudah normal dengan sebab seorang Quraisy yang masuk Islam yakni Umar bin Khattab.

Namun ternyata dugaan mereka sangat melenceng jauh,  pasalnya Abu Jahal yaitu seorang pemimpin kaum kaum Kafir Quraisy memerintahkan agar setiap keluarga dari kabilah Quraisy meningkatkan tekanan dan siksaan terhadap anggota keluarga lain yang telah masuk Islam. Menghadapi situasi demikian akhirnya Rasulullah SAW menyuruh para sahabatnya untuk kembali lagi ke Habasyah. Dan pada saat itu mereka berjumlah 83 orang, yang berada di bawah pimpinan Ja’far bin Abu Thalib. Selain  memberikan jaminan keamanan, raja Negus juga  memberikan kebebasan peribadatan kepada para sahabat Nabi Muhammad SAW yang sesuai dengan ajaran Islam. Dengan kesabaranya Nabi MuhammadSAW memperoleh beberapa pengikut ke dalam Islam. Hal itu dikarenakan adanya ancaman dan siksaan serta tantangan oleh kaum Kafir Quraisy di Mekkah. Meskipun begitu, tiap harinya ada saja para kaum budak, wanita, dan orang miskin  serta lemah yang dengan semangat yang membara mereka memeluk Islam sebagai agamanya. Ketika berdakwah Nabi Muhammad SAW menerima tantangan dan juga hambatan dari kaum Kafir Quraisy.

Tantangan Abu Lahab
Sebenarnya Abu Lahab adalah kerabat Nabi Muhammad SAW namun dia  beserta istrinya tidak menerima kebenaran Islam, justru mereka memusuhi Islam. Itu semua berawal ketika semua Nabi Muhammad SAW mengumpulkan penduduk Mekkah di Bukit Safa dan mengatakan bahwa beliau adalah sebagi seorang pemberi peringatan dan Allah memerintahkannya mengajak semuanya untuk memeluk Islam. Khotbah itu membuat banyak orang marah, termasuk Abu Lahab. Bahkan dia mengatakan : “Celakalah engkau wahai Muhammad! Untuk inikah engkau mengumpulkan kami?”. Maka sebagai balasannya Allah Menurunkan Surah Al- Lahab ayat 1-5 yang artinya : “ Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak ia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Dan (begitu pula ) istrinya, pembawa kayu bakar yang di lehernya ada tali dari sabut.

Ancaman Golongan Penguasa Mekkah
Mereka menentang dakwah Nabi Muhammad SAW karena tidak ingin kekuasaannya terganggu dakwah Islam yang menekankan keadilan sosial dan persamaan derajat. Dan menganggap kekuatan Nabi Muhammad SAW adalah karena adanya perlindungan dari pamannya Abu Talib, sehingga para penguasa mengancam untuk segera menyerahkan Nabi Muhammad SAW atau menghentikan dakwahnya. Kemudian pamannya meminta untuk menghentikan dakwahnya, namun Nabi Muhammad SAW menolak, seraya berkata : “Demi Allah! Saya tidak akan berhenti memperjuangkan amanat Allah ini walaupun seluruh sanak keluargaku akan mengucilkanku”. Hingga akhirnya pamannya berkata “ Teruskanlah! Demi Allah , aku akan membelamu”.

Siksaan Dari kaum Kafir Quraisy
Gagal dengan bujukannya, lalu mereka melakukan kekerasan kepada Nabi Muhammad SAW dan menyiksa para pengikutnya dari dipukul, dicambuk  hingga menghalangi kaum yang ingin beribadah haji dan melemparinya dengan kotoran.

Hijrah ke Abessia (Habasyah)
Akibat perlakuan kejam para kaum Kafir Quraisy, Nabi Muhammad SAW mengungsikan pengikutnya ke Abessia (Habasyah). Dan mereka diterima oleh Raja Najasy dengan lapang dada.


Pembokoitan Bani Hasyim
Kaum Kafir Quraisy menganggap kalau kuatnya kedudukan kaum muslim adalah karena perlindungan Bani Hasyim. Oleh karena itu mereka memboikot Bani Hasyim  dengan menghentikan hubungan  baik jual beli maupun pernikahan dan sosial dengan seluruh penduduk Mekah yang mana persetujuan ini telah ditandatangani bersama dan digantung di Ka'bah, sehingga menyebabkan Bani Hasyim menderita selama 3 tahun, hingga akhirnya berhenti setelah beberapa pemimpin Kaum Quraisy merasa tindakan itu sangat keterlaluan.

Tahun Kesedihan
Setelah masa Pembokoitan Bani Hasyim berakhir yaitu pada tahun ke-10 kenabian, paman Nabi Muhammad SAW meninggal di usia 87 tahun yang tiga hari kemudian di usul dengan wafatnya istri beliau, Khadijah. Dan tahun itu dinamai dengan ‘amul huzn. Meskipun begitu beliau tetap tabah dan sabar dan tetap menjalankan dakwahnya hingga memperoleh kemenangan yang tidak pernah dibayangkan.
Factor kesuksesan dakwah Nabi Muhammad SAW

1.cara penyampaian dakwah yang dilakukan Rasullah saw. dengan bertutur kata lembut dan tidak menggunakan cara kekerasan.kelembutan Rasullulah inilah yang 
membuat penduduk makkah  sedikit demi sedikit memeluk agama islam
2.dengan turunya ayat  ayat Al-Quran.
3.masuk islamnya para tokoh tokoh terpandang di makkah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar